Monday, April 11, 2022

Pengalaman mengurus SIPPK (Surat Izin Praktik Psikolog Klinis) melalui Jakevo.

Gaesss, gampang banget ternyata ngurus SIPPK asal dokumennya lengkap wkwk. 

Ini aku mau cerita dari sudut pandang ku sebagai psikolog yang bekerja di fasilitas kesehatan yah. Berikut adalah hal-hal yang aku lakukan: 

1. Bayar iuran keanggotaan - Formulir B3. Ini satset banget prosesnya. Begitu transfer langsung terkonfirmasi.
2. Urus Surat Rekomendasi Ijin Praktik dari Organisasi Profesi. Gampang banget. Cari tab Administrasi-Formulir C3. Dokumen yang harus diunggah antara lain: KTP, STR yang masih aktif, dan Suket Kerja. 
Kurang dari 10 hari kerja kelar itu Surat Rekomendasi Izin Praktik. Langsung unduh.
3. Buka jakevo.jakarta.go.id, bikin akun.
4. Pilih perizinan yang mau dibuat. Dalam hal ini aku pilih Surat Izin Praktik Psikolog Klinis.
5. Lengkapi data dan liat draft di tab "Izin Saya".
6. Lengkapi dokumen yang perlu diunggah antara lain (ada 11 item):
- Foto KTP/SIM
- Foto NPWP
- STRPK - Scan yang dilegalisasi
- Surat Pernyataan Tunduk Pada Etika Profesi - Sudah ada formatnya, tinggal lengkapi dan tempel materai 10.000. Btw ada lho materai elektronik di e-meterai.co.id
My God makin mudah aja ya 😂 Jadi ga perlu jalan untuk beli materai-print-scan dokumen lagiii. E-materai bisa langsung ditempel. 
- Surat Rekomendasi Izin Praktik dari Organisasi Profesi
- FC Ijazah yang dilegalisasi
- Surat Keterangan Sehat dari dokter yang memiliki SIP
- Surat Keterangan Kerja dari pimpinan
- Surat Keterangan Memiliki Tempat Praktik - Sudah ada formatnya, tinggal lengkapi dan tempel materai
- Izin Fasilitas Pelayanan Kesehatan
- Pas Foto 4x6 terbaru

Setelah semua berkas lengkap dan diunggah, SIPPKnya langsung jadi hari itu juga dan bisa langsung diunduh. Mantab bangattt 😆 

Terima kasih Jakevo! 

Sunday, March 1, 2020

Kalau Saya Pulang

Kalau saya meninggal, bagaimana perasaan ibu? Bagaimana perasaan ayah? Bagaimana perasaan adik-adik? Bagaimana perasaan sahabat-sahabat?

Kalau saya meninggal, saya akan dikenang sebagai pribadi yang seperti apa?

Kalau saya meninggal, adakah yang akan mendoakan saya? Mengirimkan lentera yang menerangi kubur saya, mengirimkan rasa damai dalam tidur panjang itu. Bagaimana kelanjutan perjalanan saya setelah itu?

Apakah saya akan pulang dalam keadaan husnul khotimah? Apakah saya akan pulang dalam keadaan bersih dari dosa? Apakah saya akan pulang dalam keadaan diampuni Allah? Apakah amal saya diterima? Apakah orang-orang yang pernah tersakiti oleh saya sudah memaafkan saya? Apakah orang-orang yg saya pernah berhutang padanya akan mengikhlaskan hutang saya?

Sebagai manusia yang rapuh, bahkan kadang disebut penyakitan, saya kadang berpikir tentang sakit dan kematian.

Sekali waktu (dulu) rasanya kematian hampir datang. Tapi ternyata belum waktunya ia menjemput. Entah kapan ia akan betul-betul datang menjemput.

Saya jadi berpikir apa yang penting untuk disiapkan untuk menyambutnya? Apa yang mau dan perlu saya lakukan sebelum ia datang?

Tolong maafkan saya ya kalau saya ada salah kata atau perbuatan :(

Thursday, January 23, 2020

Tidak Diundang

Tahun 2019 penuh dengan wisuda orang-orang yang saya sayangi. Ade, Abang, Ibu. Bahagia sekali melihat orang yang saya tahu kerja kerasnya...yang saya bersamai... akhirnya sampai ke titik wisuda :)

Beberapa hari yang lalu, saya dapat cerita bahwa sebentar lagi di UI akan ada wisuda semester ganjil. Wow. Happy. Momen wisuda selalu membahagiakan. Senyuman orang dan bunga ada dimana-mana.

Lalu tiba-tiba saya teringat....ada 1 wisuda yang sangat ingin saya hadiri, namun tidak saya hadiri. Not because I can't, but because I wasn't invited. Not even notified.
Sedih lho :')

Mengingat hal itu membuat saya menangis sebentar. Bertanya-tanya kenapa saya tidak diberi kabar (mungkin karena kehadiran saya tidak diharapkan), merasa kehilangan teman, kemudian sempat juga merasa saya itu tidak berarti apa-apa sehingga semudah itu disingkirkan. Merasa bodoh juga karena berharap terlalu dini.

Semua rasa dan pikiran irasional itu tiba-tiba aja datang tanpa diundang. Hahaha. Lalu... saya biarkan rasa itu hadir utuh dan lewat :) Di saat yang sama, saya berulang kali meyakinkan diri bahwa "Pasti ada alasan baik di balik pengalaman itu".

Ngga ada masa lalu yang bisa diubah. Dijalani saja yang ada di sini-kini. Rasional saja. Dan saya berusaha terus meyakini bahwa "Apa-apa yang ditakdirkan untuk melewatkan saya akan lewat, sementara yang ditakdirkan untuk hadir tidak akan melewatkan saya."

Tuesday, January 14, 2020

Building a wall

She was broken then she decided to build a wall.

Through night and days, she built herself inside that wall. Six (6) years after the day she was broken, she felt like she was strong enough to face whatever it is behind that wall...so she tested herself.

She got out of the wall. And suddenly strucked by something sooo beautiful. She felt the resurgence of a fresh feeling of love, cheerful air around specific person.

Nevertheless, she was told to be careful not to be swayed, but she didn't do as warned.
...

Things end up in her being in pain and she got left behind.

So, she decided to build a better wall. Stronger and taller. She is busy building herself inside, but still not ready to get out of the wall. Too afraid of who might come and what might happen.
...

Regarding the wall,
this time, only the strong one will be able to go through the wall or witty enough to be able to see a little door somewhere around the wall to get inside.

Tuesday, December 31, 2019

Untuk Anda

Hai Anda!

Terima kasih sudah jadi sebab senyum, tawa, bahagia, dan tentunya tangis di 2019 ini. Terima kasih juga sudah menyadarkan bahwa hati saya terlalu lembut dan terlalu mudah tersentuh. Mungkin tidak seharusnya seperti itu, ya? Hiks.

Saya ngga akan lupa, betapa menyenangkannya berada dekat Anda. Cerita dan tertawa bersama sepanjang jalan pulang. Makan sate padang yang saya mau padahal sebenarnya Anda nggak suka. Melihat pendar lampu Taman Mini malam hari meski sejenak. Menyusuri jalanan UI di pagi hari. Lain kali saya akan pakai baju lebih manis. Sehingga tampilan saya tidak seperti nenek-nenek. Hiks.

Dan terakhir, terima kasih atas selimut dan kartu doanya :) Will keep it forever.

Seandainya semua kebaikan Anda tidak sebatas balas budi, mungkin hari ini kita tidak bahagia sendiri-sendiri.

Tuesday, October 22, 2019

Apa Kabar?


Apa kabar?
Sekali waktu kita perlu tanya kabar kita pada diri kita sendiri :) Berandai-andai seperti ada yang menanyakan hal tersebut pada kita. 

Pada postingan ini, saya ingin menuliskan apa yang akan saya katakan jika ada yang bertanya “Apa kabar?”

Belakangan ini, secara umum, saya baik-baik saja. Saya masih terbangun dalam keadaan sehat dan utuh. Pagi saya terasa nyaman karena saya masih bisa memeluk ibu sebelum berangkat kerja dan berpamitan pada ayah. Adik saya juga baik baik saja. 

Ada momen momen dimana saya merasa sedih. Karena timbul rasa ‘kehilangan’. Bukan sekedar kehilangan orang yang sebelumnya diharapkan, tapi juga kehilangan teman bicara. Teman yang bisa diajak bicara seeepanjang perjalanan dan se-nyambung itu.  

Ada momen momen dimana saya merasa sedih tapi enggan bercerita karena khawatir akan merepotkan. Khawatir karena ceritanya “itu itu lagi”. Untuk itu, saya memilih untuk menangis sendiri di kamar sambil mengusap air mata dengan handuk. Hahahaha. Kemudian saya tutup dengan wudlu dan sholat. Bermunajat pada yang memiliki hati saya (kita). Minta diangkat sedihnya dan diganti dengan kebahagiaan.

Menangis di hadapan Allah belakangan ini menjadi hal yang melegakan meski seringkali tidak langsung mendapat jawaban. Tapi paling tidak pagi hari keesokannya saya terbangun dalam keadaan ringan. Bagaimana kalau sedih saat sedang dalam perjalanan? Saya usahakan untuk berdzikir. Bener-bener dzikir. Dan hal itu membuat saya lebih tenang.

Last but not least,
Saya ingin mengutip kata @drheidigreen

Time doesn’t heal all wounds. Doing the work does.
Doing trauma work is like being trapped in a burning, windowless room. Choose to do nothing, you will be consumed by the flames. 
Run through the fire and out the door, you will feel immense pain, but in the end, you heal and get to live on. 
You have to feel it to heal it :)

Monday, October 14, 2019

Surrounded by Pretty Souls


Alhamdulillah.

Ngga ada kata yang lebih tepat untuk mengungkapkan syukur saya yang amat sangat karena dikelilingi oleh orang-orang berjiwa baik. 

Orangtua, adik-adik, dan sahabat-sahabat yang selalu mengingatkan pada kebaikan. Yang membantu saya melewati berbagai fase hidup, terutama saat sedang merasa “di bawah”. 

Beberapa waktu ini saya sedang mengalami patahati. Hahahaha. Nah, kalo udah urusan begini, ngga enak deh. Takes quite a lot of time to heal. Tapi yang saya syukuri adalah hadirnya sahabat-sahabat saya. Mereka hadir dengan cara mendengarkan dan menghibur. Ada yang langsung kirim satu paket coklat dkk. Ada juga yang begitu tau saya ada niat umroh langsung ngirim mukena dan gamis (dan mukena sama gamisnya pas banget dengan yang saya idamkan). Ada juga yang ketika saya bilang saya merasa jelek dan pengen ubah penampilan langsung nawarin nemenin beli baju cakep. Ada juga yang setiap saya datangi kosannya siap sedia mendengarkan dan memberi sudut pandang objektif. Ada juga yang ngecek-in “gimana perasaan lo hari ini?”. Huhu. 

I’m so happy that I am surrounded by pretty souls. 

Thank you for being around :) Barakallah pretty souls!